CERITA ASLI PANAS - Namaku Agung, Ceritanya saat itu aku udah nyaris satu minggu sakit kepala, yg ngak seperti sakit kepala umumnya, aku merasa cemas sakit kepala ini semacem vertigo lantaran sakitnya yang beneran ngak nahan.
Alhasil, aku sangat terpaksa ke dokter untuk check. Ya walau situasi kantong ngak mencukupi, tapi kesehatan kan nomor satu.
Buat periksain sakit aku itu, saya datengin RSUD yg jaraknya ngak terlampau jauh dari tempat tinggal.
Namun aktivitas ngantri aku sedikit lebih mengasyikkan waktu ini lantaran pas banget di depan aku duduk, ada perawat yang lumayan cantik. Sedikit aku telik-telik ID Cardnya bernama Nina
Perawat itu penampilannya umum aja lantaran masih tetap pakai seragam perawat putih komplit dengan topi kecilnya yang nempel di atas kepalanya. Kulitnya bersih, rambutnya hitam pekat, tubuhnya lumayan oke. Sehingga aku ngak dapat bayangin kemolekan tubuh itu.
Sekitar 30 menit nunggu, sembari liatin perawat Nina yg lucu itu, tau-tau nama aku di panggil dokter untuk masuk ke ruang untuk di medical check. Bergegaslah aku masuk ke ruang tersebut, dan Dokter yang meriksa aku cowok, udah tua, ngomongnya juga ngak jelas.
Akan tetapi, tetep saja yang aku pikirin hanyalah seorang perawat Nina yang di depan tadi. Duh, bagaimana ya langkahnya ngajak pacar kenalan…?” pikirku dalam hati.
Ngak sampai 10 menit aku di check, sesudah dokter kasih resep obat-obatan, dan segera aku keluar. Saat sebelum aku pulang ngak mau menyia-nyiakan peluang tersebut, Aku samperin saja meja Nina dengan modal beberapa pertanyaan asal.
“Suster, ingin bertanya dong. kalau ingin bayar resep obat dari dokter dimana ya? ” tanyaku
“Oh, Mas ikut saja pintu keluar ini ” sambil menunjuk pintu di belakang saya,
“Oh gitu ya, Sus? ” Jawabku, aku sok mikir jalan ke apotek, walau sebenarnya aku lagi mikirin buat nanya hal lain.
“Tapi kalau tempat tinggal Suster, arahnya kemana ya? ” tanyaku sambil tersenyum manis.
Nina jadi tersenyum. Senyumnya bener-bener manis jadi membuatku deg-degan.
“Rumah aku jauh Mas. Sulit dijelasinnya deh, hehehe” Jawab suster Nina sembari terkekeh kekeh.
“Terus kalau jauh, Suster pulangnya bagaimana? Ada yang jemput gak? ” tanyaku lagi.
Masih tetap dengan melempar senyum manisnya, ia menjawab “Biasa sih naik angkot mas, 2 x udah sampai kok”
“Oh gitu. Memang Suster pulang jam berapa? kalau nanti aku anter pulang, mau gak…?
“Ahhh… jangan deh Mas. ntar malah ngerepotin, apalagi Mas kan lagi sakit”
“Udah sehat kok Sus. saat pertama kali lihat suster. Hehehe.” Jawabku dengan sedikit gombal.
Nina ngak menjawab, cuma lihat catatan yang ada di mejanya sebentar, lalu berkata,
“Kalau mau aku pulang jam 5 sore lho mas” Jawab Nina sambil memberi suatu kertas kecil padaku.
“Mas pulang aja dulu, istirahat dirumah ya.” sambungnya
Demikian kertas yang ia berikan itu adalah no code BBM nya. Wah…bagus nih” pikirku dalam hati.
Setelah itu aku pulang dengan perasaan senang bercampur salah tingkah lantaran bingung ngak tau mau berbuat apa lagi.
Singkat cerita, sore itu telah aku parkirin motor di depan RSUD untuk nunggu Nina. Dari jauh pula aku bisa melihat Nina menuju ke tempatku berdiri.
“Udah lama ya Mas…?” tutur Nina sopan.
“Engak kok, baru aja sebentar di sini” Jawabku sambil menyodorkan helm untuk dipakai Nina.
“Gimana kalau kita makan sore dulu…?” tanyaku
Nina cuma mengangguk memberi kode “IYA”
Sesampainya di tempat makan, sangat banyak hal yang kami bicarakan. Dari mulai masalah pekerjaan, hingga kehidupan pribadi.
Dari percakapan itu, aku tau nyatanya Nina itu baru putus dengan kekasihnya dua bulan yang lalu.
Lama-lama hari makin gelap dan mendung. Kami berdua bergegas pulang dan Nina menunjukkan arah jalan ke tempat tinggalnya yang aku cukup hapal daerah itu.
“Duh Mas. Terima kasih banyak ya udah mau anterin aku. Maaf merepotkan juga” ucap Nina
“Sekalian mampir dulu yuk Mas. aku buatkan minuman teh deh” ajak Nina
“Gak usah deh” Jawabku basa-basi.
“Ngak apa-apa lho mas. Lagi pula aku tinggal sendirian. Ayolah mampir dulu” Ucap Nina sambil membukakan pagar tempat tinggalnya.
Aku juga mengambil keputusan untuk mampir sebentar sambil menanti hujan reda. Lalu Nina memersilahkan aku untuk duduk di ruangan tamunya.
“Duduk dulu mas, sebentar ya aku ambilkan handuk… ” Kata Nina pergi ke kamarnya
Di ruang tamunya, banyak sekali photo saat Nina wisuda. Kelihatan cantik sekali saat dia berdandan.
“Ini mas, handuknya sekalian baju kaos aku pakai ya biar ngak ke dinginan.” ucap Nina
Lalu aku pergi kamar mandi untuk ganti baju. Sesudah selesai, Di saat aku melewati beberapa pintu, aku melihat ada pintu yg ngak tertutup rapat. Maksud hati ingin lewat saja, tetapi yg aku saksikan adalah didalamnya ada Nina sedang ganti baju.
Nina yang terlihat cantik walau badannya masih terbalut seragam kerja, tampak semakin cantik tanpa busana. Rambut hitam lurus membuatnya terlihat lebih anggun. Badannya yang putih mulus, serta pantatnya yang montok membuatku ngiler.
Melihat itu celanaku jadi makin ngak nyaman lantaran batang penisku semakin mengeras. Cemas Nina tau kalau aku lagi ngintip dia, secepatnya aku melangkah menjauh dari pintu tersebut.
Sekeluarnya Nina dari kamar. ia hanya mengenakan Tanktop dan Hotpans yg gemes.
“Ini mas Agung diminum dulu dong” ucap Nina menyuguhkan minuman serta duduk disampingku.
“Iya, Makasih ya Nina… ” Jawabku tersipu malu.
Sampai aku tau bahwa dia menggeser duduknya agar semakin deket denganku.
“Tadi ngintip apaan Mas…? nakal ya kamu intipin aku” Bisik Nina
Kontan aku kaget mendengar ucapannya itu. dan aku hanya terdiam saja sambil melihat bola matanya yang indah.
Lama-lama wajahnya mendekatiku untuk menciumi bibirku. dialah yang memulai permainan duluan. Tangan kanan aku di tariknya untuk menyentuh buah dadanya. Toked Nina langsung kenceng serta aliran nafasnya ngak teratur.
Ciumannya aku turunin ke leher Nina. karena tadi ada kode dari Nina seolah-olah dia minta aku buat nikmatin lehernya yang wangi. Apalagi baju Tanktopnya bikin aku makin leluasa untuk memasukan jari-jariku di sela-sela tokednya.
“Uuuuhhh… Ssshhhh…” Desah Nina.
Desahan Nina terdengar merdu sekali di telingaku. Aku buka kaitan bra-nya dengan sekali tarik. “Clekk…” Saat itu dua buah toked bulatnya menantangku untuk menjilatinya..
Ngak pakai nunggu lama, aku hisap putingnya sambil aku remes toked yang di sampingnya lagi. Malah desahan Nina makin menjadi-jadi. Terasa tangan Nina menarik-narik rambutku yang terasa cukup keras dan sakit.
“Aaaahhhhh… Aaaaahh… Sssssshhh…” desahan Nina semakin menguat
Masih enak meremas payudaranya, tangan aku yg satu lagi ngebuka celana Nina. Tidak ada hambatan lantaran Nina juga sudah membara, suster cantik yang aku sukai ternyata galak juga di permainan seks” pikirku
Tanganku dengan lembut ngusap rambut halus yang ada diantara selangkangan Nina. Keliatannya cukup dirawat dengan baik. Kerasa pula semakin becek dari dalam mekinya. Aku selipin tanganku di antara bibir mekinya.
Hanya sebagian menit saja aku asyik ngorek meki itu, yang terus aku dengarkan suara2 erangan dari mulut Nina. “Ouuuhhhhh… Aaahhhhh….”
Nina yg memejamkan mata sambil coba mengatur nafas dan lalu ngeliat ke arahku.
“Kamu kok pinter banget sih Mas? Baru pakai jari aja aku udah gemetaran. Gimana kalau pakai senjata itu ya, tunjuk Nina ke arah penisku
Aku langsung keluarkan penisku dan menyodorkan di depan bibir memeknya. Nina semakin siap buat masukin kontolku ke lubang mekinya. Aku hanya terlentang sambil melihat bagaimana dia berhasil memasukkan penisku sendiri ke dalam lubang memeknya.
Mata yang merem melek, serta desahan pelan terdengar di ruangan itu.
Aku coba bervareasi sembari ngeremes kedua tokednya. yang dari tadi berayun-ayun naik turun. Cocok putingnya masih mengkilat, omatis puiran tanganku membuat di geli.
Nyaris 15 menit aku diposisi demikian, Aku tujukan pada Nina kalau aku sebentar lagi mau orgasme.
Nina… Awas cabut dulu” ucapku
Lalu aku sodorkan penisku itu ke lubang mulutnya, dengan beberapa kocokan lagi dari tanganku dan langsung muncrat ” Crooott… Crooot… Croooot…” air mani itu terasa sempurna dengan sekali muncratannya yang teratur dan meleleh di dalam mulut Nina.
Kenikmatan muncratan ini sangat nikmat sekali, Rupanya Nina dengan penuh nafsu membersihkan kontolku dengan lidahnya
Kemudian, kami teruskan dengan mandi berdua serta mengulangi aktivitas yg sama di kamar mandi tersebut. hingga tengah malam mendekati. Nina yg memaksa aku untuk nginep di tempat tinggalnya.
Sejak peristiwa ini, aku dan Nina resmi pacaran. Nina yg tampak lugu nyatanya penggemar sex juga sama seperti seperti aku. Aku jadi bersukur dapat pacar seperti Nina.
Komentar
Posting Komentar